Kebutuhan LIVE STREAMING di Gereja, Perlukah?

Posted by Hardy Mynhart Rabu, 18 Maret 2020 1 komentar
Generasi milenial agaknya lebih menyukai menonton film atau berbagai tayangan lain lewat layanan streaming ketimbang televisi. Buktinya, mereka lebih asyik memandangi layar smartphone daripada berlama-lama menonton televisi.

Dikutip dari Mashable, hasil penelitian dari Defy Media bertajuk Youth Media Diet menyebutkan sekira 65 persen orang berusia 13-24 tahun lebih senang menikmati layanan streaming. Responden penelitian tersebut mengaku sering menonton lewat layanan streaming sebagai sarana hiburan sekaligus menghilangkan stres.

Generasi muda pengguna smartphone saat ini mungkin sudah tak asing lagi dengan layanan live streaming milik Twitter, Periscope. Keberadaan layanan itu disebut telah mengubah cara generasi milenial berinteraksi dengan orang lain.

Secara umum layanan live streaming menawarkan cara berbeda untuk berkomunikasi. Dengan ini pengguna dapat berinteraksi dengan banyak orang sekaligus dalam satu waktu. Keberhasilan Periscope mendulang banyak pengguna menarik minat banyak perusahaan lain untuk ikut menghadirkan layanan serupa, salah satunya adalah Facebook. 

Beberapa waktu lalu, media sosial buatan Mark Zuckerberg tersebut juga telah memperkenalkan layanan Live yang menawarkan fitur live streaming serupa dengan Periscope. Bahkan, kabar terbaru menyebutkan Google juga mulai merambah layanan ini dengan menghadirkan YouTube Connect.

BACA : 5 SOFTWARE TERBAIK UNTUK LIVE STREAMING BROADCASTER

Perkembangan teknologi yang pesat tidak dilewatkan oleh sebagian besar gereja, kecuali beberapa gereja sektarian yang masih menganggap teknologi sebagai alat antikristus untuk mengawasi dan mengontrol semua orang. Salah satu terobosan teknologi yang digunakan oleh beberapa gereja adalah khotbah lewat streaming video yang direlay ke beberapa tempat sekaligus. Pro dan kontra bermunculan dalam menanggapi hal ini. Bagi sebagian orang, khotbah streaming tidak hanya berseberangan dengan model ibadah tradisional yang menekankan pertemuan langsung antara pengkhotbah dan umat, tetapi juga dinilai sebagai ide yang tidak Alkitabiah.



Kontroversi Live Streaming, Khotbah Rekaman dan Ibadah Langsung
Bagi beberapa orang, penggunaan khotbah streaming dan rekaman khotbah sama-sama tidak dibenarkan. Tidak ada perbedaan antara dua hal tersebut. Keduanya sama-sama kurang selaras dengan tradisi ibadah Kristen yang mengutamakan persekutuan.

Demi kejelasan dan keadilan, dua hal di atas sebaiknya dibedakan. Dalam khotbah streaming si pengkhotbah tahu dengan persis kepada siapa ia menyampaikan firman Tuhan. Khotbah lewat streaming juga disampaikan secara langsung (live). Yang menjadi isu hanyalah lokasi yang berbeda antara pengkhotbah dan jemaat yang mendengarkan. Jika diibaratkan, khotbah streaming mirip dengan situasi suatu ibadah di mana jumlah jemaat melebihi kapasitas ruangan, sehingga sebagian duduk di ruangan lain dan menyaksikan khotbah melalui televisi/layar yang dihubungkan ke ruangan utama. Materi dan waktu khotbah sama persis. Yang berbeda hanyalah tempatnya.

Penggunaan rekaman khotbah sebagai substitusi pemberitaan firman Allah secara langsung agak berbeda dengan khotbah streaming. Tatkala suatu rekaman khotbah diputar, si pengkhotbah seringkali tidak mengetahui kapan dan kepada siapa khotbah itu disampaikan. Dengan demikian ia tidak mungkin bisa mendoakan khotbahnya secara spesifik. Isi khotbah yang situasional (sesuai dengan konteks asli pada waktu khotbah itu direkam) seringkali menciptakan jurang antara pengkhotbah dan jemaat yang mendengar rekaman khotbah tersebut. Jadi, ada beberapa perbedaan esensial antara khotbah streaming dan rekaman khotbah.
Mereka yang pro maupun kontra terhadap penggunaan khotbah streaming sebenarnya sama-sama mengakui nilai penting kesatuan antara seluruh umat (rohaniwan dan jemaat). Ibadah bukan hanya membangun relasi vertikal, tetapi juga relasi horizontal (Ibr 10:24-25). Tanpa persekutuan dengan sesama orang percaya, ibadah akan kehilangan maknanya.

Walaupun demikian, mereka yang berselisih pendapat memandang bentuk kesatuan itu secara berbeda. Kelompok yang mendukung khotbah streaming lebih menekankan kesatuan secara spiritual, sedangkan kelompok yang lain menganggap bahwa kesatuan secara spiritual hanya bisa terjadi dalam konteks kesatuan secara lokal (ada tatap muka). Perbedaan lokasi (seperti dalam kasus khotbah streaming) akan menghalangi terciptanya kesatuan secara spiritual. 

Untuk memahami pendapat mana yang lebih tepat, kita perlu melihat konsep kesatuan ibadah seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Beberapa jenis kesatuan lain tidak akan dibahas dalam tulisan ini (Kol 2:5; Flp 1:5). Kita hanya fokus pada kesatuan dalam ibadah. Inti persoalan yang ingin dijawab adalah sebagai berikut: “Apakah perbedaan tempat dalam ibadah menghalangi kesatuan ibadah?”

Bagi Paulus, perbedaan lokasi ternyata bukanlah suatu masalah serius, sejauh semua pihak yang terkait saling memahami apa yang dilakukan dan bersehati untuk melakukannya. Contoh yang paling jelas adalah pemberian disiplin gereja kepada orang cabul di jemaat Korintus (1 Kor 5:1-2). Paulus memerintahkan jemaat untuk menyerahkan orang itu kepada Iblis agar tubuhnya binasa tetapi rohnya diselamatkan (1 Kor 5:5). Konteks penyataan disiplin ini jelas adalah ibadah. Paulus menyinggung tentang berkumpul dalam roh (1 Kor 5:4). Bagian lain Alkitab pun menunjukkan bahwa pemberian disiplin dilakukan di depan jemaat dalam konteks ibadah (Mat 18:17-20).

Jika konteksnya memang ibadah, kita dapat melihat sesuatu yang menarik di sini. Paulus pada waktu itu sedang berada di tempat lain. Walaupun demikian, ia hadir secara rohani dan turut mendeklarasikan hukuman (1 Kor 5:3). Tatkala jemaat Korintus berkumpul dalam nama Tuhan Yesus, Paulus secara rohani juga hadir bersama mereka (1 Kor 5:4).


Mengapa kesatuan secara spiritual di atas dapat tercipta? Pertama, karena mereka memiliki tujuan yang sama. Kedua, karena mereka sepakat dalam otoritas Tuhan Yesus. Jadi, kesatuan rohani di dalam ibadah tidak dibatasi oleh lokasi.


Hindari Live Streaming Untuk Pengkultusan Pribadi
Walaupun penggunaan khotbah streaming pada dirinya tidak bertabrakan dengan prinsip Alkitab, namun kita tetap harus memperhatikan beberapa kaidah yang penting. Pertama, khotbah streaming tidak boleh didasarkan pada pengultusan individu. Tidak ada seorang pengkhotbah pun yang sedemikian hebat sehingga tidak diperlukan pengkhotbah-pengkhotbah yang lain. Khotbah secara tradisional dari hamba-hamba Tuhan tetap harus dipertahankan. Dengan demikian khotbah streaming sebaiknya tidak dilakukan di setiap kebaktian oleh pengkhotbah yang sama. Ini pada akhirnya akan memupuk kultus individu.

Khotbah Live Streaming Tidak Boleh Mengabaikan Pengembalaan
Khotbah streaming tidak boleh menggantikan aspek penggembalaan yang tradisional. Pada waktu khotbah streaming dilakukan, hamba Tuhan setempat seyogyanya ada bersama dengan jemaatnya. Selain untuk berjaga-jaga apabila terjadi kendala teknis dan streaming tidak dapat dituntaskan (lihat poin berikutnya), hamba Tuhan setempat juga bisa menjalankan peranan pastoral. Dia bisa memperhatikan jemaat secara langsung, berinteraksi dengan mereka, bahkan memberikan konseling.

Aspek pastoral ini juga berlaku pada tingkat sesama jemaat. Mereka membutuhkan interaksi dengan sesama anggota tubuh Kristus. Itulah sebabnya mendengarkan khotbah via TV atau internet sendirian di rumah tidak dapat dianggap sebagai substitusi bagi ibadah di Hari Minggu. Ibadah mencakup pembangunan relasi horizontal dengan anggota gereja yang lain.

Ada baiknya juga gereja menyiapkan pelayan Tuhan yang bertugas menangani pengembalaan via online pada saat Live Streaming ataupun paska live streaming tersebut. Sehingga kebutuhan jemaat, pertanyaan-pertanyaan jemaat yang disampaikan saat Live Streaming bahkan sesudahnya, bisa terjawab dan mungkin bisa di follow up tim pengembalaan.  

Persiapkan Segala Sesuatu Bila Kendala Teknis Terjadi
Masing-masing hamba Tuhan setempat perlu mempelajari naskah khotbah yang akan disampaikan secara streaming. Seperti kita ketahui, teknologi tidak selalu bisa diandalkan. Sesuatu yang tidak diperhitungkan dapat terjadi, misalnya jaringan internet putus atau kendala teknis lainnya. Untuk mengantisipasi situasi semacam ini, pengkhotbah sebaiknya menyerahkan naskah khotbah kepada para hamba Tuhan setempat, sehingga mereka bisa langsung melanjutkan khotbah apabila streaming gagal dituntaskan.

Batasan Live Streaming Hanya Pada Saat Khotbah
Bagian ibadah yang di-streaming hanyalah khotbah. Elemen ibadah yang lain sebaiknya tetap dilakukan di masing-masing tempat secara terpisah. Jika keseluruhan ibadah berupa streaming, maka ibadah bisa terlihat seperti sebuah konser belaka, karena jemaat hanya pasif menonton dan menikmati ibadah.


Hal ini tidak boleh diabaikan, karena salah satu esensi ibadah adalah partisipasi aktif dari jemaat. Partisipasi ini terlihat jelas pada saat bacaan Alkitab secara bertanggapan, pujian, doa syafaat, pemberian persembahan, dsb. Dalam beberapa kasus, puji-pujian bersifat berbalas-balasan dan mengandung firman Tuhan di dalamnya (Ef 5:19-20; Kol 3:16), sehingga sulit dilakukan melalui streaming (kecuali ada terobosan teknologi baru yang luar biasa). Ini berbeda dengan pada saat pemberitaan firman Tuhan. Pada waktu khotbah, partisipasi umat memang berkurang secara signifikan. Mereka hanya duduk tenang, mendengarkan, dan meresponi firman Tuhan dalam hati mereka. Penggunaan streaming tidak akan menambah atau mengurangi kepasifan tersebut.



Beberapa Alasan Live Streaming Diperlukan Gereja:
1. Penginjilan Online
Penginjilan saat ini memungkinkan gereja bisa melakukannya melalui online. Sayangnya banyak gereja membuang biaya untuk memperbarui / merenovasi gedung dengan megah, pengadaan fasilitas yang mewah namun mengesampingkan tujuan gereja yaitu mengabarkan injil Keselamatan hingga ke ujung dunia. Roh Nebudkanedzar merasuki gereja. Hal-hal yang lahiriah justru menjadi prioritas agar diakui dan dihargai orang lain. Kesombongan akan keberadaan lahiriah tersebut, membuat gereja kehilangan esensinya menjadi garam dan terang. Sementara kaum muda/ milenial malah menjauhi gereja dan lebih tertarik dengan smartphone mereka. Gereja pun berharap mereka akan datang dengan sendirinya, tanpa berinisiatif bagaimana menjangkau generasi milenial ini. Itu sebabnya Live Streaming diperlukan agar dapat menjangkau generasi milenial bahkan dapat menjangkau jiwa-jiwa yang belum mengenal Yesus Kristus. Terbukti lewat Penginjilan Online ini ribuan jiwa di negara Iran dimenangkan  bagi Kristus. Kesulitan penginjilan offline (tatap muka) secara langsung dinegara tersebut bisa digantikan dengan penginjilan offline. Ternyata betapa efektifnya penginjilan online ini. Karena bisa menjangkau secara pribadi diruang privatnya tanpa ketahuan orang lain yang melarang mereka mengenal Kristus.

2. Hambatan Kehadiran Jemaat
Bagi jemaat yang tidak bisa menghadiri kebaktian di gereja karena berhalangan, baik sakit. jemaat disabilitas, manula, maupun mereka yang keluar kota karena urusan pribadi/pekerjaan masih dapat mengikuti ibadah Live Streaming dari gerejanya.

3. Berbagi Momen
Terkadang kegiatan gereja baik berupa ulang tahun, ucapan syukur, selebrasi, event menjadi momen penting untuk dibagikan secara Live Streaming. Live Streaming pun bisa dijadikan sarana jemaat untuk berbagi ke teman sosial medianya untuk bersama-sama menyaksikan, sehingga orang lain diberkati. Karena itu gereja perlu mengajarkan jemaatnya bagaimana berpartisipasi melayani dengan sharing live streaming di akun sosial medianya. 

4. Penguasaan Teknologi
Gereja perlu meningkatkan penggunaan teknologi sehingga dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan gerejawi bagi pemberdayaan jemaatnya.

5. Keadaan Genting
Penggunaan Live Streaming juga diperlukan pada saat terjadi keadaan genting, seperti ketika wabah pandemik virus corona covid-19, dimana banyak negara menerapkan lockdown (isolasi / karantina) sehingga warga dilarang berkumpul baik di gereja maupun di publik area agar penularan virus tersebut tidak menyebar, sebagaimana terjadi di Korea Selatan yang mana penyebaran klasternya terjadi melalui pertemuan ibadah di gereja Shincheonji Yesus.


Penginjilan Online saat ini telah menjadi kegerakan yang masif dibanding dulu dengan pertemuan-pertemuan Kebaktian Kebangunan Rohani. Penginjilan online pun dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan jemaat yang secara langsung tidak tercover pada pelayanan pastoral misalnya adanya keengganan atau jemaat yang malu menyampaikan hal-hal yang bersifat privat. Saat Live Streaming pun terbuka untuk sesi tanya jawab dari komentar Netizen, itu sebabnya gereja perlu menyiapkan pelayan khusus yang bertugas atas pelayanan pastoral online. (Hardy, dirangkum dari berbagai sumber)

Jika anda atau gereja anda membutuhkan jasa setup/ instalasi atau pembuatan live streaming, maka anda dapat menghubungi kami. 

BACA : JASA PEMBUATAN LIVE STREAMING


Hub kami:
Digibox Production
Hp / WA : 085291569777
WA http://bit.ly/wadigibox
Youtube http://bit.ly/YTdigibox
Instagram http://bit.ly/IGdigiboxstudio
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kebutuhan LIVE STREAMING di Gereja, Perlukah?
Ditulis oleh Hardy Mynhart
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://jasamultimediagereja.blogspot.com/2020/03/kebutuhan-live-streaming-di-gereja.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kebutuhan Live Streaming Di Gereja, Perlukah? >>>>> Download Now

>>>>> Download Full

Kebutuhan Live Streaming Di Gereja, Perlukah? >>>>> Download LINK

>>>>> Download Now

Kebutuhan Live Streaming Di Gereja, Perlukah? >>>>> Download Full

>>>>> Download LINK

Posting Komentar

Dibuat oleh Digibox | Copyright of MULTIMEDIA GEREJA.